Kolaborasi Pemerintah–Nelayan, Rumponisasi Jadi Jalan Sejahtera Laut Sumbawa Barat

Sumbawa Barat, NTB – Suarajuang|Laut tidak pernah tidur, begitu pula dengan harapan nelayan. Namun, seiring waktu, laut tak lagi semurah hati dulu. Ikan semakin sulit ditangkap, biaya melaut naik, dan ekosistem laut makin tertekan. Di tengah situasi itu, nelayan Sumbawa Barat menemukan harapan baru lewat sebuah inovasi sederhana bernama rumponisasi.

Rumpon, dalam bahasa nelayan, adalah “rumah ikan”. Rumah buatan ini dibuat dari material sederhana: ban bekas, dahan, bambu, atau serabut kelapa, lalu diberi pemberat dari batu dan beton. Ditaruh di dasar laut, rumpon berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan. Ibarat pasar ikan di dalam laut, nelayan tinggal mendatangi titik rumpon untuk mendapatkan tangkapan yang lebih banyak.

“Rumpon itu rumah ikan. Kita ciptakan semirip mungkin dengan ekosistem aslinya. Hasilnya, ikan lebih banyak terkumpul, nelayan lebih mudah menangkap,” jelas Kepala Dinas Perikanan Sumbawa Barat, Noto Kartono, S.Pi., M.Si., Sabtu (20/9/2025).

Tahun 2025, Dinas Perikanan mencatat setidaknya 20 unit rumpon sudah ditanam di perairan Sumbawa Barat. Namun yang menarik, bukan hanya pemerintah yang bergerak. Nelayan sendiri ikut berinisiatif membuat rumpon secara swadaya.

Di Desa Banjarsari, Kecamatan Taliwang, para nelayan bahu-membahu merakit rumpon dari bahan yang ada. Mereka patungan, gotong royong, dan bersama-sama menenggelamkan rumah ikan itu di laut lepas.

Baca Juga:  Tim Gabungan OPGAB KSB Berhasil Sita Ribuan Batang Rokok Ilegal, Melebihi Target Tahunan

“Kalau dulu kami pulang melaut hanya bawa ikan kecil-kecil, kadang hasilnya tidak cukup untuk makan. Sekarang dengan rumpon, kami bisa dapat ikan besar. Penghasilan sehari bisa tembus Rp1,5 juta. Itu sangat membantu keluarga kami,” ujar Ahmad Ali, Ketua Nelayan Desa Banjarsari, penuh semangat.

Efek rumponisasi tak berhenti pada tangkapan ikan. Di Kertasari, keberadaan rumpon membuat nelayan terpacu membangun fasilitas pendaratan ikan secara mandiri. Tanpa menunggu program pemerintah, mereka membuat dermaga kecil, tempat bongkar muat, hingga lapak pelelangan sederhana.

“Kemarin saya berada di Banjarsari, nelayan di sana juga membuat rumpon swadaya hasil gotong royong. Kolaborasi masyarakat dan pemerintah berjalan bagus. Maka bukan tidak mungkin persoalan sumber daya perikanan tangkap bisa teratasi,” kata Noto.

Dengan ikan yang lebih mudah didapat, waktu melaut jadi lebih singkat, biaya solar berkurang, dan hasil tangkapan lebih berkualitas. Ikan yang masuk perangkap rumpon umumnya berukuran besar, bukan lagi ikan kecil. Nilai jualnya otomatis lebih tinggi.

Keberhasilan ini tidak lepas dari peran penyuluh perikanan yang aktif mendampingi nelayan. Salah satunya adalah Rinto, S.Pi., penyuluh Dinas Perikanan Sumbawa Barat. Ia mengaku bangga melihat semangat nelayan belajar teknologi baru.

Baca Juga:  UMKM Bakso Ikan Binaan Dinas Perikanan Sumbawa Barat Raup Untung Rp20 Juta di Ajang PEDA NTB

“Kami dampingi nelayan mulai dari cara membuat rumpon, memilih bahan, hingga menentukan lokasi penanaman yang tepat. Mereka sangat antusias, bahkan banyak yang akhirnya bisa membuat rumpon swadaya. Itu membanggakan,” tutur Rinto.

Pendampingan ini memastikan rumpon bukan sekadar ditanam, tetapi benar-benar efektif menarik ikan. Hasilnya nyata: pendapatan nelayan yang dulu hanya ratusan ribu rupiah per hari, kini bisa meningkat di atas Rp1,5 juta.

Rumponisasi juga memicu efek domino ke sektor hilir. Dengan ketersediaan ikan yang lebih stabil, UMKM pengolahan ikan ikut berkembang. Mulai dari bakso ikan, abon, kerupuk kulit ikan, hingga produk beku (frozen food) kini semakin banyak diproduksi.

“Kolaborasi masyarakat dan pemerintah berjalan bagus. Mereka berinisiatif, kami mendampingi. Hasilnya, ketersediaan ikan meningkat, penghasilan juga ikut naik,” tegas Noto.

Artinya, program sederhana ini tidak hanya menolong nelayan di laut, tetapi juga membuka peluang usaha baru di darat. Ikan tak hanya dijual segar, tapi juga diolah bernilai tambah. Ini berarti ada lebih banyak lapangan kerja, lebih banyak perputaran uang, dan kesejahteraan masyarakat yang ikut naik.

Baca Juga:  Dinas Perikanan KSB Sosialisasikan Program Kartu KSB Maju Perikanan, Targetkan Semua Nelayan Terlindungi Tahun 2026

Inovasi rumponisasi kini menjadi wajah baru perikanan Sumbawa Barat. Dengan model kolaborasi—pemerintah menyiapkan kebijakan dan pendampingan, nelayan berinisiatif membuat rumpon swadaya program ini memberi harapan besar.

“Rumponisasi bukan hanya soal menaruh benda di laut. Ini simbol kemandirian nelayan, kreativitas masyarakat, dan keseriusan pemerintah. Kalau terus dikembangkan, saya yakin perikanan tangkap di Sumbawa Barat bisa lebih kuat dan mensejahterakan,” pungkas Noto.

Rumpon yang sederhana itu kini jadi bukti: kesejahteraan nelayan tak harus menunggu proyek besar. Kadang, cukup dengan rumah kecil di dasar laut, kehidupan ribuan keluarga nelayan bisa berubah. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini.